YAKUSA!!

"Yakin Usaha Sampai"

Sabtu, 14 Agustus 2010

Berkomunikasi dengan Para Founding Father

Moh. Hatta,

(Pidato saat menerima jabatan Ketua Perhimpunan Indonesia)

“Semenjak pasifik menunjukkan perkembangan ekonominya, sejak itu ia masuk pada pusat politik dunia. Pertentangan kekuasaan sudah mulai, yang akan berkembang menjadi drama-drama bangsa-bangsa yang hebat, yang di masa sekarang kita belum dapat menggambarkannya. Karena apabila peperangan Pasifik sekali terjadi, tidak saja akan merupakan pertempuran berdarah antara Timur dan Barat, tetapi juga akan menyudahi kekuasaan bangsa-bangsa kulit putih atas bangsa-bangsa kulit berwarna. Dunia akan memperoleh wajah baru yang lebih baik kalau dari pertempuran itu bangsa kulit berwarna mendapat kemenangan. Karena kelemahlembutan dan perasaan damainya bangsa kulit berwarna akan menjadi tanggungan untuk perdamaian dunia. Dengan sendirinya perhubungan kolonial akan digantikan oleh masyarakat dunia yang di dalamnya hidup banga-bangsa merdeka yang berkedudukan sama”.

Ir. Soekarno

(penolakan terhadap demokrasi par lementer ala Barat melalui tulisannya “Mencapai Indonesia Merdeka”)

‘Ah, Parlemen ! Tiap-tiap kaum proletar kini namanya bisa ikut memilih wakil dan ikut dipilih jadi wakil ke dalam Parlemen itu, tiap-tiap kaum proletar kini namanya bia ‘ikut memerintah’. Ya, tiap-tiap kaum proletar kini namanya bisa mengusir minister-minister jatuh terpelanting dari kursinya. Tapi pada saat yang ia namanya bisa menjadi ‘raja’ di dalam parlemen itu, pada saat itu juga ia sendiri bisa diusir dari pekerjaan di mana ia bekerja menjadi buruh dengan upah kokoro, diusir dilemparkan di atas jalan rayanya pengangguran, yang basah karena air mata bini dan anak-anak yang kelaparan…!

…inikah ‘demokrasi’ yang orang keramatkan itu ? Bolehkah ini demokrasi menjadi impian kita? Tidak, dan sekali lagi tidak ! Sebab demokrasi yang begitu hanyalah demokrasi Parlemen saja..Demokrasi ekonomi, kerakyatan ekonomi, kesama-rasa samarataan ekonomi tidak ada, tidak ada bau-baunya sedikit juga pun’.

Ir. Soekarno

(Pandangan mengenai HAM dalam UUD pada Rapat BPUPKI)

‘Kita menghendaki keadilan sosial. Buat apa grondwet menuliskan, bahwa manusia bukan saja mempunyai hak kemerdekaan suara, kemerdekaan memberikan suara, mengadakan persidangan dan berapat, jikalau misalnya tidak ada social rechtvaardigheid yang demikian itu ? Buat apa kita membikin grondwet, apa guna grondwet itu kalau ia tak dapat mengisi perut orang yang hendak mati kelaparan. Grondwet yang berisi ‘droit de l’homme et du citoyen’ itu, tidak bisa menghilangkan kelaparannya orang yang miskin yang hendak mati kelaparan. Maka oleh karena itu, jikalau kita betul-betul hendak mendasarkan negara kita kepada faham kekeluargaan, faham tolong menolong, dan keadilan sosial, enyahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap-tiap faham individualisme dan liberalisme daripadanya’.

(Pidato Pembukaan dan Pembacaan Teks Proklamasi)

“Saudara-saudara sekalian! Saya telah minta saudara-saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita.

Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan Tanah Air kita bahkan telah beratuss-ratu tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Pada saat itu, seolah-olah tampaknya saja kita menyandarkan diri pada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kekuatan sendiri, sekarang tibalah nasib Tanah Air kita di dalam tangan nasib bangsa. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, atau dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia, permussyawaratan itu seia sekata berpendapat, bahwa sekarang datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara!

Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi kami:

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, hari 17, boelan 8 tahoen ‘05

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno-Hatta

(tandatangan Soekarno)

(tandatangan Hatta)

Demikianlah Saudara-saudara!

Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita!Negara merdeka, negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.”

Dikutip dari berbagai referensi yang terpercaya

(Memperingati HUT Republik Indonesia yang ke-65)

1 komentar:

  1. like this pisan lah.. mudah2an gak panas diawal doang. Yakusa!!!

    BalasHapus